Tren masyarakat bertransaksi menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) terus menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan data Bank Indonesia NTB, hingga Februari 2024 jumlah pengguna QRIS kini telah mencapai 449.321 user.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) NTB Berry Arifsyah Harahap mengatakan, pertumbuhan QRIS di NTB semakin bagus.
Dari segi transaksi maupun volumenya bahkan tumbuh signifikan dibandingkan daerah lain. Nominal transaksi sejak Januari hingga Desember 2023 telah mencapai Rp 776,98 miliar.
”Volume transaksi dari Januari sampai dengan Desember 2023 sebanyak 6.098.049,” bebernya.
Pertumbuhan bagus QRIS di NTB ini tak lepas dari semakin meleknya masyarakat NTB dalam memanfaatkan teknologi.
Terutama teknologi untuk melakukan transaksi keuangan digital.
Hal ini membuat masyarakat NTB semakin terbiasa menggunakan QRIS dalam bertransaksi keuangan.
Terkait jumlah volume transaksi digital di NTB pada Februari 2024, di antaranya Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) baik debit maupun kartu kredit sebanyak 6.578.469, dan Uang Elektronik (UE) sebanyak 1.690.945.
Kemudian Real Time Gross Settlement (RTGS) sebanyak 1.156, Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) sebanyak 17.195, dan QRIS sebanyak 2.428.025.
Kata Berry, grafik pertumbuhan tertinggi penggunaan QRIS di NTB pada Februari 2024.
”Ini menunjukkan akseptasi penggunaan QRIS di NTB semakin luas. Pengguna QRIS sampai dengan akhir tahun 2023 sebanyak 439.975 user tercatat,” sambungnya.
Secara jumlah nilai transaksi data per Februari 2024 untuk APMK sebesar Rp6,4 triliun.
Sedangkan untuk UE sebesar Rp 213 miliar, RTGS sebesar Rp 2,9 triliun, SKNBI sebesar Rp 853 miliar, dan QRIS sebesar Rp 195,65 miliar.
Ditambahkannya, kemudahan bertransaksi dengan QRIS juga didukung oleh semakin banyaknya merchant QRIS. Hal itu membuat para pengguna merasakan kemudahan bertransaksi tanpa harus menggunakan uang secara langsung.
”Cukup dengan handphone yang tersambung mobile banking pengguna,” tandasnya.
Deputi Kepala Bank Indonesia NTB Winda Putri Listya mengatakan, QRIS memang semakin populer di masyarakat.
Karena memudahkan transaksi dan mempercepat adopsi teknologi pembayaran di Indonesia.
Selain itu, tingginya lonjakan penggunaan QRIS pada Februari 2024 juga dipengaruhi adanya event budaya Bau Nyale.
Pada event tahunan tersebut, transaksi yang diterapkan para pelaku UMKM dominan dilakukan dengan menggunakan QRIS.
”Semakin banyak frekuensi literasi, maka semakin banyak transaksi dengan QRIS,” pungkasnya.